JAKARTA - Pakar komunikasi politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunt Adi Wibowo menilai permintaan maaf yang disampaikan Presiden Joko Widodo merupakan strategi yang efektif untuk mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dirinya menjelang akhir masa jabatannya.

Ia mengamati bahwa banyak pihak yang belakangan ini mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo, khususnya dinamika pemindahan ibu kota dari Jakarta ke ibu kota negara (IKN). Di sana, ia mengamati bahwa komunikasi politik Jokowi sangat jenius. "Karena dengan meminta maaf tapi tidak meminta maaf secara spesifik atas apa yang sebenarnya salah, dia bisa membuat Pak Jokowi lebih bisa diterima," kata Kundt saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu. Menurut dia, permintaan maaf dari presiden ketujuh Republik Indonesia itu setidaknya dapat menetralisir kritik-kritik tersebut. Kerendahan hati dan kesediaan untuk meminta maaf akan memperbaiki penilaian karakter Jokowi.

Namun demikian, ia percaya bahwa permintaan maaf tersebut tidak hanya bersifat pribadi bagi Presiden Jokowi, tetapi juga mewakili pemerintahan selama satu dekade terakhir. Permintaan maaf tersebut juga ditujukan kepada para pemilih yang telah memilihnya pada pemilu 2024.

"Permintaan maaf," katanya, "juga agak sia-sia kecuali Anda melakukan sesuatu seperti, saya minta maaf, inilah yang akan saya lakukan di masa depan. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan dalam menjalankan tugasnya sebagai Presiden Republik Indonesia, dan hal ini disampaikannya pada Kamis (8 Jan) malam dalam acara dzikir dan doa bersama di halaman Istana Merdeka, Jakarta.

Presiden Jokowi juga meminta maaf atas nama Wakil Presiden Maruh Amin di depan ribuan tamu undangan pada acara pembukaan, yang menandai dimulainya rangkaian kegiatan Bulan Kemerdekaan menjelang ulang tahun ke-79 Republik Indonesia. "Bapak Wakil Presiden, hadirin sekalian, saudara-saudara sebangsa dan setanah air, pada kesempatan yang baik di hari pertama bulan Agustus, bulan Kemerdekaan ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati, saya ingin menyampaikan bahwa saya dan Profesor K.H. Maruf Amin, dalam kurun waktu yang cukup panjang, terutama selama kami berdua menjalankan tugas sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, belum dapat melaksanakan tugas secara maksimal, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Perkenankanlah saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan kekhilafan selama ini," kata Presiden Jokowi.